Tawassul / Istighatsah (4); Hadis-Hadis tentang Legalitas Tawassul / Istighotsah

Kejelasan-kejelasan semacam inilah yang tidak dapat dipungkiri oleh kaum muslimin manapun, terkhusus para pengikut sekte Wahabisme. Atas dasar itu, Ibnu Taimiyah sendiri dalam kitabnya “at-Tawassul wa al-Wasilah” dengan mengutip pendapat para ulama Ahlusunah seperti; Ibnu Abi ad-Dunya, al-Baihaqi, at-Thabrani, dan sebagainya telah melegalkan tawassul sesuai dengan hadis-hadis yang ada.

————————————————————————

    Tawassul / Istighatsah (4); Hadis-Hadis tentang Legalitas Tawassul / Istighotsah

Pada kesempatan kali ini, kita akan mengkaji beberapa contoh hadis yang menjadi landasan legalitas tawassul/istighotsah. Dalam beberapa kitab standart Ahlusunah wal Jamaah akan dapat kita temui beberapa hadis yang menjelaskan tentang legalitas hal tawassul dan istighotsah terhadap Rasul dan para hamba Allah yang saleh. Sebagai contoh apa yang disebutkan dalam hadis-hadis di bawah ini:

1- Dari Ustman bin Hanif yang mengatakan: Sesungguhnya telah datang seorang lelaki yang tertimpa musibah (penyakit) kepada Nabi SAW. Lantas lelaki itu mengatakan kepada Rasul; “Berdoalah kepada Allah untukku agar Ia menyembuhkanku!”. Lantas Rasul bersabda: “Jika engkau menghendaki maka aku akan menundanya untukmu, dan itu lebih baik. Namun jika engkau menghendaki maka aku akan berdoa (untukmu)”. Lantas dia (lelaki tadi) berkata: “Memohonlah kepada-Nya (untukku)!”. Lantas Rasul memerintahkannya untuk mengambil air wudhu, kemudian ia berwudhu dengan baik lantas melakukan shalat dua rakaat. Kemudian ia membaca doa tersebut:
اللهم إني أسئلك و أتوجه إليك بمحمد نبي الرحمة يا محمد إني قد توجهت بك إلي ربي في حاجتي هذه لتُقضي اللهم فشفعه فيٍَ
(Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu, dan aku datang menghampiri-Mu, demi Muhammad sebagai Nabi yang penuh rahmat. Ya Muhammad, sesungguhnya aku telah datang menghampiri-mu untuk menjumpai Tuhan-ku dan meminta hajat-ku ini agar terkabulkan. Ya Allah, maka berilah pertolongan kepadanya untukku)

Yang dimaksud dengan Abu Jakfar dalam hadis tadi adalah, Abu Jakfar al-Khathmi yang dinyatakan kepercayaannya oleh banyak ahli rijal hadis, termasuk ar-Rifa’i dalam kitab “At-Tawasshul ila Haqiqat at-Tawassul” halaman 158.

Hadis di atas juga diriwayatkan oleh para Imam hadis terkemuka Ahlusunnah, seperti: Imam at-Turmudzi dalam “Sunan at-Turmudzi” 5/531 hadis ke-3578, Imam an-Nasa’i dalam kitab “as-Sunan al-Kubra” 6/169 hadis ke-10495, Imam Ibnu Majah dalam “Sunan Ibnu Majah” 1/441 hadis ke-1385, Imam Ahmad dalam “Musnad Imam Ahmad” 4/138 hadis ke-16789, al-Hakim an-Naisaburi dalam “Mustadrak as-Shohihain” 1/313, as-Suyuthi dalam kitab “al-Jami’ as-Shoghir” halaman 59, dsb. Sehingga dari situ, Ibnu Taimiyah pun menyatakan kesahihannya pula .

Anehnya, sebagian Wahhaby menyatakan bahwa tawassul/istighotsah semacam itu perbuatan sia-sia dan bertentangan dengan ke-Maha mendengar dan mengetahui-an Allah dengan menyatakan; “Kenapa kita harus berdoa melalui orang dengan alasan ia lebih dekat kedudukannya di sisi Allah dan doanya lebih didengar oleh-Nya? Bukankah Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui atas doa para hamba-Nya?”.

Justru pertanyaan selanjutnya yang harus dijawab oleh orang Wahhaby yang berpikiran semacam itu adalah; kenapa Rasul menjawab permintaan orang tadi dengan mengatakan “…Namun jika engkau menghendaki maka aku akan berdoa (untukmu)”, apakah Nabi –yang makhluk erkasih Ilahi itu- tidak mengetahui apa yang ada di otak kepala Wahhaby tadi? Apakah mereka lebih pintar dari Nabi?

Dari hadis di atas juga dapat kita ambil pelajaran bahwa, bagaimana Nabi mengajarkan cara bertawassul kepada lelaki terkena bencana tersebut. Dan juga dapat kita ambil pelajaran bahwa, bersumpah atas nama pribadi Nabi (بمحمد) adalah hal yang diperbolehkan (legal menurut syariat Islam), begitu juga dengan kedudukan (jah) Muhammad yang tertera dalam kata “نبي الرحمة”. Jika tidak maka sejak semula Nabi akan menegur lelaki tersebut. Jadi tawassul lelaki tersebut melalui pribadi Muhammad –bukan hanya doa Nabi- yang sekaligus atas nama sebagai Nabi pembawa Rahmat yang merupakan kedudukan (jah) tinggi anugerah Ilahi merupakan hal legal menurut syariat Muhammad bin Abdillah SAW.

2- Diriwayatkan oleh ‘Aufa al-‘Aufa dari Abi Said al-Khudri, bahwa Rasul SAW pernah menyatakan: “Barangsiapa yang keluar dari rumahnya untuk melakukan shalat (di masjid) maka hendaknya mengatakan:
“اللهم إني أسئلك بحق السائلين عليك ”و أسئلك بحق ممشاي هذا فإني لم أخرج أشرا و لا بطرا و لا ريائا و لا سمعة خرجت اتقاء سختك و ابتغاء مرضاتك فأسئلك أن تعيذني من النار و أن تغفرلي ذنوبي إنه لا يغفر الذنوب إلا أنت”

(Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-mu, demi para pemohon kepada-Mu. Dan aku memohon kepada-Mu, demi langkah kakiku ini. Sesungguhnya aku tidak keluar untuk berbuat aniaya, sewenang-wenang, ingin pujian dan berbangga diri. Aku keluar untuk menjauhi murka-Mu dan mengharap ridho-Mu. Maka aku memohon kepada-Mu agar Kau jauhkan diriku dari api neraka. Dan hendaknya Engkau ampuni dosaku, karena tiada dzat yang dapat menghapus dosa melainkan diri-Mu), niscaya Allah akan menyambutnya dengan wajah-Nya kepadanya dan memberinya balasan sebanyak tujuh puluh ribu malaikat”. (Lihat: Kitab “Sunan Ibnu Majah”, 1/256 hadis ke-778 bab berjalan untuk melakukan shalat)

Dari hadis di atas dapat diambil pelajaran bahwa, Rasul SAW mengajarkan kepada kita bagaimana kita berdoa untuk menghapus dosa kita dengan menyebut (bersumpah dengan kata ‘demi’) diri (dzat) para peminta doa dari para manusia saleh dengan ungkapan “بحق السائلين عليك”. Rasulullah di situ tidak menggunakan kata “بحق دعاء السائلين عليك” (demi doa para pemohon kepada-Mu), tetapi langsung menggunakan ‘diri pelaku perbuatan’ (menggunakan isim fa’il). Dengan begitu berarti Rasul SAW membenarkan –bahkan mengajarkan- bagaimana kita bertawassul kepada diri dan kedudukan para manusia saleh kekasih Ilahi (wali Allah) -yang selalu memohon kepada Allah SWT- untuk menjadikan mereka sebagai sarana penghubung antara kita dengan Allah dalam masalah permintaan syafa’at, permohonan ampun, meminta hajat, dsb.

3- Diriwayatkan dari Anas bin Malik, ia mengatakan; ketika Fathimah binti Asad meninggal dunia, Rasulullah SAW datang dan duduk di sisi kepalanya sembari bersabda: “رحمك الله يا أمي بعد أمي” (Allah merahmatimu wahai ibuku pasca ibu (kandung)-ku). Lantas beliau (Rasul) menyebutkan pujian terhadapnya, lantas mengkafaninya dengan jubah beliau. Kemudian Rasul memanggil Usamah bin Zaid, Abu Ayyub al-Anshari, Umar bin Khattab dan seorang budak hitam untuk menggali kuburnya. Lantas mereka menggali liang kuburnya. Sesampai di liang lahat, Rasul sendiri yang menggalinya dan mengeluarkan tanah lahat dengan menggunakan tangan beliau. Setelah selesai (menggali lahat), kemudian Rasul berbaring di situ sembari berkata:
“ا

  • لله الذي يحي و يميت و هو حي لا يموت اغفر لأمي فاطمة بنت أسد و وسع عليها مدخلها بحق نبيك و الأنبياء الذين من قبلي”

  • (Allah Yang menghidupkan dan mematikan. Dan Dia Yang selalu hidup, tiada pernah mati. Ampunilah ibuku Fathimah binti Asad. Perluaskanlah jalan masuknya, demi Nabi-Mu dan para nabi sebelumku). (Lihat: Kitab al-Wafa’ al-Wafa’)

    Hadis di atas jelas sekali bagaimana Rasulullah bersumpah demi kedudukan (jah) yang beliau miliki, yaitu kenabian, dan kenabian para pendahulunya yang telah mati, untuk dijadikan sarana (wasilah) pengampunan kesalahan ibu (angkat) beliau, Fathimah binti Asad. Dan dari hadis di atas juga dapat kita ambil pelajaran, bagaimana Rasul memberi ‘berkah’ (tabarruk) liang lahat itu untuk ibu angkatnya dengan merebahkan diri di sana, plus mengkafani ibunya tersebut dengan jubah beliau.

    Sebagai penutup dari contoh hadis-hadis tentang legalitas tawassul dalam syariat Islam, kita akan melihat satu ‘pujian’ yang diberikan salah satu sahabat Rasul kepada diri Rasulullah SAW yang memiliki muatan Tawassul.

    4- Diriwayatkan bahwa Sawad bin Qoorib melantunkan pujiannya terhadap Rasul dimana dalam pujian tersebut juga terdapat muatan permohonan tawassul kepada Rasulullah SAW. Ia mengatakan:

    و أشهد أن الله لا رب غيره …. * …. و أنك مأمون علي كل غائب
    و أنك أدني المرسلين وسيلة …. * …. الي الله يان الأكرمين الأطائب
    فمرنا بما يأتيك يا خير مرسل …. * …. و إن كان فيما فيه شيب الذوائب
    و كن لي شفيعا يوم لا ذو شفاعة *…. …. سواك بمغن عن سواد بن قارب

    (Lihat: Kitab Fathul Bari 7/137, atau kitab at-Tawasshul fi Haqiqat at-Tawassul karya ar-Rifa’i halaman 300)

    Kejelasan-kejelasan semacam inilah yang tidak dapat dipungkiri oleh kaum muslimin manapun, terkhusus para pengikut sekte Wahabisme. Atas dasar itu, Ibnu Taimiyah sendiri dalam kitabnya “at-Tawassul wa al-Wasilah” dengan mengutip pendapat para ulama Ahlusunah seperti; Ibnu Abi ad-Dunya, al-Baihaqi, at-Thabrani, dan sebagainya telah melegalkan tawassul sesuai dengan hadis-hadis yang ada. (Lihat: Kitab “at-Tawassul wal Wasilah” karya Ibnu Taimiyah halaman 144-145)

    Walaupun beberapa hadis di atas secara tersirat telah membuktikan legalitas tawassul terhadap para nabi terdahulu dan para manusia saleh yang telah mati, namun mungkin masih menjadi pertanyaan di benak kaum muslimin, adakah dalil yang dengan jelas memperbolehkan tawassul/istighotsah terhadap orang yang zahirnya telah mati? Marilah kita ikuti kajian selanjutnya.

    Bersambung….

    20 Tanggapan

    1. masih saja bung……!!!!! itu dalam keadaan hidup, sya tanya yang mati mana????????????????? kok faham sih pertanyaan orang…..ditnya dalil bagi yang sdh mati mana kok malah ngotot memaksakn dengan yang masih hidup!!!!!! kamu ini minta diruqyah ya??

      ——————————————————————

      Sastro Menjawab:
      Tenang bung…apa kamu gak baca urutan kajiannya di pengumuman itu? Ato gak bisa baca…?:P
      Kalau nanti dah masuk pembahasan, jangan lari lho…kayak wahabi-wahhaby yang lain.
      Diruqyah…siapa takut? 😀 Monggo…aku tunggu ruqyahmu!

    2. Assalamu’alaikum Wr. Wb
      Yth. Mas Sastro
      terimakasih atas postingan2nya yg cukup berbobot dan insya ALLAH bermanfaat… semoga ALLAH SWT selalu memberikan kekuatan kepada Mas Sastro dan para Pendekar ASWAJA..

      bila Mas Sastro dan pembaca yg budiman berkenan, saya mengundang untuk mampir ke blog saya di http://mastris71.wordpress.com/

      tapi maaf tulisan2 di blog saya cuman skedar suara hati dan mungkin sangat tidak ilmiah…

      dan bila ada kesempatan mohon Mas Sastro berkenan menyumbangkan tulisan2 yang berharga…

      terimakasih… wassalamu’alaikum wr. wb.

      ———————————————————————————

      Sastro Menjawab:

      Waalaikum salam. Wah blognya bagus mas….istiqomah ya mas, moga-moga Allah meridhoi anda! Tulisan anda gak kalah berbobotnya tuch…bagus untuk mengingatkan kita yang sering lalai terhadap hal2 yang dianggap sepele oleh sebagian orang. Wah mas, saya gak bisa menulis sebaik tulisan anda itu…
      Wassalam

    3. hem… hem …, antum ambil yang cocok sama selera antum aja. kenapa gak antum pertimbangkan pendapat yang lebih kuat dari pendapat sumber yang antum ambil.
      ana saranin cukup cari aja dari kitab-kitab ulama mu’tabar. daripada ambil dari kitab gak jelas juntrungannya. akhi, apa antum pernah coba sesekali berpikir, apakah antum sudah betul-betul berdiri di atas Ash-Shiroth? tentu bukan hanya berprasangka. dan ana sarankan antum tinggalkanlah dulu faham Asy’ariyyah yang sudah membeku di otak antum itu. coba, sedikit aja.

      ——————————————————————————–

      Sastro Menjawab:

      Apakah pernah saya memproklamirkan diri sebagai pengikut Asy’ariyah, sehingga anda layak mengatakan hal itu? Bagaimana jika ungkapan anda itu didengar oleh pengikut Asyariyah?

      Kalau yang anda maksud dengan ulama muktabar itu adalah ulama Wahabi maka “apa mungkin kegelapan akan memberi penerangan buat yang lain”?

      Akhi, saran ana, tinggalkan jubah wahabisme anda itu yang membikin otak anda terkungkung dalam kejumudan dalam memahami ajaran agama Islam yang luhur itu…metodologi teks book thingkingnya wahabisme membikin siapapun akan nampak ‘kerdil’…:P

    4. yth. Mas Sastro dan Saudaraku pemerhati tulisan2 Mas sastro…

      Kalo boleh urun rembug, mestinya perbedaan tidak harus disikapi dengan saling menyalahkan, saling menjelekkan, saling menghina ato bahkan saling mengkafirkan…

      saya menjadi miris… klo setiap perbedaan harus diakhiri dengan saling menghujat… untuk yang tidak cocok dengan tulisan Mas sastro hendaknya menampilkan dalil2 yang dijadikan pegangannya tanpa harus menghujatnya… CUKUP ITU jangan paksa orang lain untuk berpikiran yang sama…

      Dan saya kira itulah kewajiban kita sesungguhnya… dakwah. Soal yang disampaikan diikuti orang atau tidak itu bukan ‘domain’ kita apalagi sampai memaksakan…

      Buat Mas Sastro tetap istiqomah dalam berdakwah, meskipun dapat sindiran atau hujatan atau hinaan, mohon kiranya bisa lebih sabar lagi… ingat janji ALLAH dalam kitab-nya SAKTEMENE ALLAH SWT HANYERTANI WONG2 KANG PODHO SABAR…

      Dan saya kira Mas Sastro juga suangaaat paham prinsip berdakwah yang baik yaitu ‘bil hikmah wal mau’idzotil hasanah’

      perbedaan tidak harus menjadikan perpecahan
      berbedalah dengan cara yang santun

      Wassalam Wr. Wb.

      Mastris NS

    5. Assalamualaykum for all,

      Tasawuf dan syi’ah emang ngak jauh beda….. hayyah mereka selalu mbahu-membahu dalam usaha syirik dan bid’ah.

      Usaha rasulullah saw untuk menghindarkan umat dari Syirik, diantaranya dengan menutup seluruh pintu-pintu yang akan menyebabkannya.
      diantaranya : Rasulullah melarang bersikap ghuluw terhadap orang-orang soleh diantara kita. Rasulullah melarang beristighosah kepadanya karena beristighosah adalah hanya kepada allah. Rasulullah melarang untuk meminta diruqyah. rasulullah melarang meninggikan tanah kuburan, menjadikan kuburan sebagai tempat berhari raya. kalu anda pengikut ali ra, tunaikanlah amanat beliau sebagaimana tugas rasulullah kepadanya yaitu ” Meratakan kuburan dan Memusnahkan lukisan(makhluk hidup) Rasulullah pernah menolak digelari Dirinya dan ahli baytnya dengan sebutan Sayyidina. dsb… ini adalh beberapa diantaranya usaha rasulullah saw untuk menghindarkan umat dari kemusyrikan.

      “Rasulullah tidak mendo’akan semua orang yang minta kepadanya di do’akan” tidakkah itu menjadi pelajaran bwat antum?

      Wahabi tidak mengharamkan sepenuhnya bertawasul. Coba pelajari lagi wahabinya) Cari wahabi yang bener-bener wahabi jangan kayak site ini, menyamar jadi wahabi isinya sungguh menyesatkan.

      seperti yang antum sebutkan, kita itu tidak ada hizab dengan allah sedikitpun 2:255, 39:3. kalu mampu kita berdo’a langsung kepada allah apa perlu kita bertawasul….? apalagi sampai ghuluw. terhadapnya. (Pakailah jalan yang lurus yang tidak ada keraguan didalamnya) Taqorub ilallah bil a’mal.

      Rasulullah sebelumnya pernah melarang ziarah kubur dikarenakan umat belum kuat ketauhidannya.

      Apa Umat saat ini sudah kuat tauhidnya, Khususnya indonesia…..? apa anda ngak melihat banyak pula orang yang bertawasul kepada dukun bersorban? sedangkan orang yang bertawasul itu sangat jauh dari allah. Az zumar 39:3. Taqorub ilallahu bil a’mal.

      Yang terjadi pada Fatimah binti asad apakah terjadi pula pada kematian Abu thalib?

      Tidak ada larangan untuk saling mendo’akan sesama, bahkan di perintahkan untuk menyebarkan salam. akan tetapi adalah sungguh keliru orang-orang yang menganggap allah itu jauh. dan orang yang bertawasul itu benar-benar telah menganggap”ALLAH ITU JAUH” darinya.

      ———————————————-

      Sastro Menjawab:

      Hingga saat ini, kaum Wahhaby masih saja belum mampu menjawab tulisan kami….kok seenak udelnya bilang ini syirik itu syirik…Buktikan dong dengan dalil, jangan pakai emosi doang….

      DAlil anda tentang pelarangan tawassul dan istighotsah di atas jelas bertentangan dengan apa yang kita cantumkan di sini, berkaitan dengan ajaran Nabi beserta para sahabat beliau…trus anda mau niru siapa? Apakah anda lebih pintar dari mereka? Ya silahkan kalau itu pengakuan anda…tapi harus pakai dalil mas, katanya Ahlusunnah kok dalilnya cuman kira-kira gitu? Nanti jadinya bukan Ahlusunnah dong, tapi Ahlulahwa’…:)

    6. wahaby itu emang anti Asy ariyah, karena nenek moyangnya yang sangat di agung2kan sangat bertentangan dengan Asy ariyah

      kira-kira apa ya..pendapat gerombolan wahaby terhadap Asy’ariyah
      ada yang tau gak???

    7. @Abu hasan,
      tinggalkan juga juga faham bin baz, utsaimin dll… baru ngomong.
      firqoh najiyah? emang surga punya mbahmu apa…

    8. takhrij hadisnya mana bung!!!!!! kok kayaknya saya pernah baca bahwa kebanyakan hadist yang kamu bawakan itu mungkar dan dhoif………terus kitabnya samhudi wafa’ al wafa’ yang kamu jadikan rujukan itu kayak kitab gado2 yang berisi berbagai aliran (yang dominan sih kayaknya syiah) dan sarat dengan berita2 doif yang tdk berasal……biar ilmiah tolong bawa takrijnya….ok

      ————————————————————

      Sastro Menjawab:
      Baca lanjutannya denga lengkap, apakah semua diambil dari Wafa’ al Wafa’ karya as-Samhudi yang bermazhab Syafi’i? Dominasi ajaran Syiah? Anda terlalu lugu terhadap kitab itu…anda belum pernah membacanya bukan, kok sudah menghukumi? Ya jelas anda meragukannya, bukan karena Syiah, tapi karena as-Samhudi bukan Wahhaby (tapi dia bermazhab Syafii)…..Ini salah satu kebiasaan buruk Wahhaby, mudah mendhoifkan tanpa mengadakan penelitian hadis terlebih dahulu…

      Itu dilanjutannya silahkan baca, ada pengakuan syeikh kalian ALBANI yang mengakui kesahihannya tapi tetep KERAS KEPALA…mau taklid sama kekeraskepalaannya? Monggo..

    9. sungguh, antum menyedihkan….ketika tidak mampu menghadirkan kebolehan tawasull dengan yang mati, antum gunakan dali dengan yang masih hidup….

      ————————————————————

      Sastro MEnjawab:

      Baca lanjutannya donk mas…

    10. Sastro menjawab:
      Apakah pernah saya memproklamirkan diri sebagai pengikut Asy’ariyah, sehingga anda layak mengatakan hal itu? Bagaimana jika ungkapan anda itu didengar oleh pengikut Asyariyah?

      Tanggapan Gatot:
      Sebagai pengikut Asy’ariyah tidak perlu memproklamirkan diri, tapi dari pemahaman seseorang itu bisa diketahui masuk pengikut A atau pengikut B.

      Sastro menjawab:
      Akhi, saran ana, tinggalkan jubah wahabisme anda itu yang membikin otak anda terkungkung dalam kejumudan dalam memahami ajaran agama Islam yang luhur itu…metodologi teks book thingkingnya wahabisme membikin siapapun akan nampak ‘kerdil’

      Tanggapan Gatot:
      Gus Sastro, kitabnya Wahabi itu apa sih, paling yang banyak dipakai ya Kitab Tauhid. Masih ratusan Kitab dari Ulama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah lainnya (ma’af bukan ASWAJA-nya Gus Sastro lho)yang dipakai acuan kajian oleh pengikut Salafus Shalih.
      Sekali-sekali ikuti dong kajian kitab-kitab yang diadakan saudara-saudara kita pengikut Salafus Shalih).
      Sementara saya ingin mengikuti kajian kitab dari kelompoknya Gus Sastro kok nggak pernah ketemu ya… (nggak pernah ada kajian kali….)

      ——————————————–

      Sastro Menjawab:
      Ini bukti anda terlalu polos terhadap mazhab-mazhab yang terdapat dalam Islam….mas, semua mazhab Islam membolehkan tawassul dan istighotsah, jangankan mazhab empat yang resmi sebagai Ahlusunah wal jamaah, termasuk Syiah dan Tasawwuf yang paling dibenci Wahhaby juga membolehkan koq…gak percaya? Silahkan tanya ke ulama mereka…TApi, hanya sekte Wahhaby saja yang nyempal.

      Maaf, sejak kapan WAhhaby masuk jajaran Ahlusunah wal Jamaah? Mana bukti bahwa ajaran mereka sesuai dengan ajran Salaf Saleh? Silahkan cek lagi dengan memperbandingkan dengan apa yang telah kita tulis di blog ini…

    11. innalillahi wa inna ilaihi roji’un

      semoga ALLAH menyelamatkan kaum muslimin dari subhat dan kesesatan web ini.
      sungguh,
      barangsiapa yang telah diberi hidayah oleh ALLAH maka tiada seorangpun yang mampu menyesatkannya.
      dan barangsiapa yang telah disesatka-Nya, maka tiada seorangpun yang mampu menunjukinya.

    12. Dali-dalil yang Anda nukilkan sebagai dasar legalitas tawashul di atas kesemuanya menunjukkan bahwa orang yang dijadikan “obyek” tawashulnya masih dalam keadaan hidup. Inilah yang disebut dengan “tawashul masyru'”, karena diajarkan oleh Shohibul Syariah, dalam hal ini Qur’an dan Rasulullah.

      ————————————————

      Sastro Menjawab:
      Baca donk lanjutannya….jangan buru2.

    13. to Sastro wong ndeso …….
      sampeyan ki piye…. kelompok besar belum tentu benar, ingat firman Allah :
      jika kamu MEngikuti kebanyakan Manusia, maka kamu akan sesat

      ————————————————–

      Sastro Menjawab:
      Benar…kelompok kecil juga belum tentu benar..kita lihat Khawarij! Sekarang juga Wahaby….

    14. emang kaum sekte wahabi ini udah keblinger…. apalagi para wahabi di indonesia udah ngerti agama setengah2 malah gak jelas, masih saja ngaku-ngaku paling ahlusunah lagi… wong dedengkot2 wahabi itu gila dunia kok masih di anut dan di bela lagi…. dari sejarah wahabi udah jelas kalo abdul wahab itu tujuannya agama untuk mencari dunia (harta, kekuasaan, dll). tobat, tobat… hai kaum sekte wahabi… mumpung ada waktu untuk tobat…
      to mas sastro terus berjuang demi agama yang hakiki Islam yang dibawa dan diajarkan Rasululloh SAW…

    15. aslm

      mas sastro orang2 WAHABI kok pada takut sama situs antum ya apa emang mereka takut keburukan mereka yang nyata…maklum blog antum khan obyektif banget…

      barakallahu fik

      keep istiqomah mas sastro

      salam

      arizal

      waslm

    16. ehm..ada salafyun palsu….
      alhu bid’ah wa quburiyun wa taqlidiyun……..
      sucikan akidah murnikan sunah…..tinggalkan bid’ah

      —————————————————–

      Sastro Menjawab:
      Jangan heran jika ada Salafy yang bukan Wahaby…karena Wahaby mencatut nama Salafy….
      Ternyata para sahabat juga banyak yg quburiyyun dan taqlidiyun (versi sekte Wahaby)…
      Murnikan Sunnah dengan ngikuti Rasul dan Salah Saleh…bukan melakukan bid’ah dengan mebgikuti Khalaf Thaleh sepeti Ibnu Tai-miyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab, sang ulama bayaran…

    17. wahhaby = hamba Allah Al Wahhab
      …………………………………………………………………………………….
      saya belu pernah denger ustadz saya imam malik kafir….
      imam syafie kafir…
      imam ahmad kafir….
      abu hanifah kafir…..sama sekali belum pernah denger !
      bahkan dari mereka kami mengambil agama ini..dan juga dari imam2 ahlussunnah yang lain……

      ——————————————————————-

      Sastro Menjawab:
      Itu khan kata AlBani…pengakuan doang and untuk girangin ati doang….tetapi kenyataannya? Banyak orang Wahaby yg gak mau disebut Wahhaby…ngakunya Salafy, biar gak terkesan pinggiran…Wahaby khan pinggiran?

    18. satro…miskin ente…

      ———————————————

      Sastro Menjawab:
      Benar..saya miskin di hadapan Allah, bukan di hadapan para amir saudi….apalagi anda!

    19. Aslmkm. Wr. Wb.
      Saran buat admin blog ini, gmn kalo dibuatin e-books buat artikel2 yg dimuat di blog ini…. kemudian buat bank data berisikan artikel2 utk menjawab “opini publik / profokatif”dari artikel2 sekte wahabiy n free donlot. JazakaLloh Khoiron Katsiro….

      ———————————————–

      Sastro Menjawab:
      Waalaikumsalam
      hatur nuhun kang…itu sudah dipikirkan. Malah kita sudah antisipasi kalau swaktu2 blog ini di hack sama orangWahaby yang kalah argumen itu….
      So, ada beberapa orang yang ingin menyelamatkan tulisan di sini dengan meng-copy-pastenya di blog dan situs mereka….selain disebarkan via buletin yang disebar dikampung2

    20. aku membaca buku ibnu qayyim berkali kali dan berulang ulang..anehnya aku malah menemukan bahwa mendoakan orang mati adalah boleh walaupun tidak wajib.bertahlil adalah boleh walau seharusnya arwah itu masa hidupnya mestimnya bersiap bekal ke akhirat. aku baca buku buku slafi kok malah jadi ndak suka salafy??

    Tinggalkan Balasan ke ABU IHSAN Batalkan balasan