Tawassul / Istighatsah (5); Prilaku Salaf Saleh Penguat Legalitas Tawassul / Istighotsah

Jika riwayat sebelumnya berkaitan dengan ‘diam’-nya Ali terhadap orang yang bertawassul kepada yang telah meninggal. Padahal kita tahu bahwa Ali adalah sahabat dan menantu mulia Rasul. Kini berkaitan dengan ‘saran’ istri Rasulullah. Jika bertawassul/istighotsah terhadap orang yang telah mati adalah bid’ah atau syirik, maka apakah mungkin istri Rasul -seperti Ummulmukminin Aisyah- tidak mengetahui hal itu, padahal ia selalu hidup bersama Rasul yang selayaknya Rasul sebelum mendidik orang lain terlebih dahulu mendidik istri dan anaknya terlebih dahulu. Jika istighotsah terhadap orang yang zahirnya telah mati adalah bid’ah dan syirik –yang dibenci dalam Islam- lantas, apakah mungkin Rasul tidak megindahkan perintah Allah untuk; “Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka!”? Apakah kaum pengikut sekte Wahhaby jauh lebih paham Islam daripada Ali bin Abi Thalib dan Ummulmukminin Aisyah? Silahkan direnungkan dengan hati dan kepala yang dingin!

—————————————————————————–

    Tawassul / Istighatsah (5); Prilaku Salaf Saleh Penguat Legalitas Tawassul / Istighotsah

Kita semua mengetahui bahwa para sahabat, tabiin dan tabiut at-tabiin adalah termasuk dalam golongan salaf soleh dimana mereka hidup sangat dekat denga zaman penurunan risalah Islam. Terkhusus para sahabat yang mendapat pengajaran langung dari Rasulullah SAW dimana setiap perkara yang tidak mereka pahami langsung mereka tanyakan dan langsung mendapat jawabannya dari baginda Rasul. Salah satu dari sekian perkara yang menjadi bahan kajian kita kali ini adalah, bagaimana pemahaman para sahabat berkaitan dengan konsep istighotsah / tawassul yang sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW.

Untuk mempersingkat waktu, di sini kita akan menunjukkan beberapa riwayat yang menjelaskan pemahaman Salaf Saleh –yang dalam hal ini mencakup para sahabat mulia Rasul- berkaitan dengan konsep tersebut, dan parktik mereka dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya, kita akan memberikan beberapa contoh seperti di bawah ini:

1- Dahulu Rasulullah mengajarkan seseorang tentang tata cara memohon kepada Allah dengan lantas menyeru Nabi untuk bertawassul kepadanya, dan meminta kepada Allah agar mengabulkan syafaatnya (Nabi) dengan mengatakan:


    “يا محمد يا رسول الله إني أتوسل بك إلي ربي في حاجتي لتُقضي لي اللهم فشفعه فيٍ”َ.

(Wahai Muhammad, Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku bertawassul denganmu kepada Tuhanku dalam memenuhi hajatku agar dikabulkan untukku. Ya Allah, terimalah bantuannya padaku). (Lihat: Kitab “Majmu’atur Rasa’il wal Masa’il” karya Ibnu Taimiyah 1/18)

Jelas sekali bahwa yang dimaksud dengan lelaki di atas adalah lelaki muslim yang sezaman dan pernah hidup bersama Rasul, serta pernah belajar dari beliau, yang semua itu adalah memenuhi kriteria sahabat menurut ajaran Ahlusunnah wal Jamaah. Mari kita teliti dan renungkan kata demi kata dari ajaran Rasul terhadap salah seorang sahabat itu sewaktu beliau mengajarinya tata cara bertawassul melalui ‘diri’ Muhammad sebagai Rasulullah, satu ‘kedudukan’ (jah) tinggi di sisi Allah. Sengaja kita ambil rujukan dari Ibnu Taimiyah agar pengikut sekte Wahhaby memahami dengan baik apa sinyal dibalik tujuan kami menukil dari kitab syeikh mereka itu, agar mereka berpikir.

2- Khalifah Umar bin Khattab pernah meminta hujan kepada Allah melalui paman Rasul, Abbas bin Abdul Mutthalib. Dalam bertawassul, khalifah Umar mengatakan:
“ا

    للهم كنا نتوسل إليك بنبينا فتسقينا و إنا نتوسل إليك بعم نبينا فاسقنا. قال: فيسقون”

(Ya Allah, dahulu kami bertawassul kepada-Mu melalui Nabi kami lantas Engkau beri kami hujan. Sekarang kami bertawassul kepada-Mu melalui paman Nabi kami maka beri kami hujan. Dan (perawi) berkata: maka mereka diberi hujan). (Lihat: Kitab “Shohih Bukhari” 2/32 hadis ke-947 dalam Bab Shalat Istisqo’)

Riwayat di atas memberikan pelajaran kepada kita bagaimana Khalifah Umar –sahabat Rasul- melakukan hal yang pernah diajarkan Rasul kepada para sahabat mulia beliau. Walaupun riwayat di atas menunjukkan bahwa Umar bin Khattab bertawassul kepada manusia yang masih hidup, akan tetapi hal itu tidak berarti secara otomatis riwayat di atas dapat menjadi bukti bahwa bertawassul kepada yang telah mati adalah ‘haram’ (entah karena alasan syirik atau bid’ah), karena tidak ada konsekuensi di situ. Di tambah lagi nanti terdapat riwayat lain yang menjelaskan bahwa sebagian sahabat –sesuai dengan pemahaman mereka dari apa yang diajarkan Rasul- juga melakukan tawassul kepada seseorang yang secara zahir telah mati. Yang jelas, riwayat di atas dengan tegas menjelaskan akan legalitas tawassul / istighitsah dan menyangkal pendapat sebagian Wahhaby yang mengatakan bahwa bertawassul adalah perbuatan sis-sia dan bertentangan dengan ke-Mahamendengar dan Mahamengetahui-an Allah SWT. Juga sekaligus menjelaskan legalitas tawassul melalui diri (Abbas bin Abdul Mutthalib) dan kedudukan (sebagai paman manusia termulia) di hadapan Allah SWT.

3- Berkata al-Hafidz Abu Abdillah Muhammad bin Musa an-Nukmani dalam karyanya yang berjudul “Mishbah adz-Dzolam”; Sesungguhnya al-Hafidz Abu Said as-Sam’ani menyebutkan satu riwayat yang pernah kami nukil darinya yang bermula dari Khalifah Ali bin Abi Thalib yang pernah mengisahkan: “Telah datang kepada kami seorang badui setelah tiga hari kita mengebumikan Rasulullah. Kemudian ia menjatuhkan dirinya ke pusara Rasul dan membalurkan tanah (kuburan) di atas kepalanya seraya berkata: Wahai Rasulullah, engkau telah menyeru dan kami telah mendengar seruanmu. Engkau telah mengingat Allah dan kami telah mengingatmu. Dan telah turun ayat; “Sesungguhnya Jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS an-Nisa: 64) dan aku telah menzalimi diriku sendiri. Dan aku mendatangimu agar engkau memintakan ampun untukku. Lantas terdengar seruan dari dalam kubur: Sesungguhnya Dia (Allah) telah mengampunimu”. (Lihat: Kitab “Wafa’ al-Wafa’” karya as-Samhudi 2/1361)

Dari riwayat di atas menjelaskan bahwa; bertawassul kepada Rasulullah pasca wafat beliau adalah hal yang legal dan tidak tergolong syirik atau bid’ah. Bagaimana tidak? Sewaktu prilaku dan ungkapan tawassul / istighotsah itu disampaikan oleh si Badui di pusara Rasul -dengan memeluk dan melumuri kepalanya dengan tanah pusara- yang di tujukan kepada Rasul yang sudah dikebumikan, hal itu berlangsung di hadapan Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib. Dan khalifah Ali sama sekali tidak menegurnya, padahal beliau adalah salah satu sahabat terkemuka Rasulullah yang memiliki keilmuan yang sangat tinggi dimana Rasulullah pernah bersabda berkaitan dengan Ali bin Abi Thalib KW:

– “Ali bersama kebenaran dan kebenaran bersama Ali” (Lihat: Kitab “Tarikh Baghdad” karya Khatib al-Baghdadi 14/321, dan dengan kandungan yang sama bisa dilihat dalam kitab “Shohih at-Turmudzi” 2/298)

– “Ali bersama al-Quran dan al-Quran bersama Ali, keduanya tidak akan pernah terpisah hingga hari kebangkitan” (Lihat: Kitab “Mustadrak as-Shohihain” karya al-Hakim an-Naisaburi 3/124)

– “Aku (Rasul) adalah kota ilmu dan Ali adalah pintu gerbangnya. Barangsiapa menghendaki (masuk) kota maka hendaknya melalui pintu gerbangnya” (Lihat: Kitab “Mustadrak as-Shohihain” 3/126)

– “Engkau (Ali) adalah penjelas kepada umatku tentang apa-apa yang mereka selisihkan setelah (kematian)-ku” (Lihat: Kitab Mustadrak as-Shohihain” 3/122)

Jika tawassul / istighotsah terhadap orang yang telah mati adalah syirik atau bid’ah –sebagaimana yang diiskukan oleh kelompok sekte Wahhaby- dan pada riwayat di atas disebutkan bahwa Ali bin Abi Thalib –pemilik pujian-pujian Rasul yang tertera dalam kitab-kitab Ahlusunnah tadi- yang menjadi saksi perbuatan si Badui muslim tadi -yang bertawassul di pusara Rasul- lantas diam padahal beliau mampu untuk melarangnya jika itu tidak legal (ghair syar’i) maka ada dua kemungkinan;

1- Ali adalah sahabat yang tidak tahu apa-apa (bodoh) tentang hukum Islam, terkhusus masalah larangan bertawassul kepada orang yang telah meninggal. Dimana dari ungkapan pada poin ini juga meniscayakan bahwa, Rasul telah berbohong kepada kita (umatnya), bahwa ternyata Ali bukan pemilik keutamaan-keutamaan seperti hadis-hadis di atas. Bagaimana mungkin orang yang tidak memiliki kemuliaan semacam itu lantas direkomendasikan oleh Rasul yang al-Amin itu?

2- Hadis-hadis pujian Rasul terhadap pribadi Ali itu benar. Dan diamnya Ali atas perbuatan si Badui tadi membuktikan bahwa bertawassul/istighotsah terhadap orang yang zahirnya telah mati itu adalah legal menurut syariat Islam, paling tidak yang dipahami Ali sebagai pintu gerbang ilmu Rasul, yang selalu bersama kebenaran, selalu bersama al-Quran dan yang diberi mandat Rasul untuk menjelaskan hal-hal yang terjadi perbedaan pendapat di kalangan kaum muslimin, pasca wafat Rasul.

Tentu, bagi seorang ‘Ahlusunnah wal Jamaah sejati’, pasti ia akan memilih kemungkinan yang kedua. Karena kemungkinan yang pertama itu sangat berat resikonya di dunia maupun di akherat, terkhusus bagi pengaku Ahlusunnah wal Jamaah. Kecuali jika kita melakukan kebodohan sebagaimana apa yang sering dilakukan oleh kebanyakan ulama Wahhaby, mudah menvonis sebuah hadis yang tidak sesuai dengan doktrin akidahnya dengan vonis “hadis lemah” (dho’if), tanpa melakukan pengecekan secara detail terlebih dahulu.

4- Ad-Darami meriwayatkan: Penghuni Madinah mengalami paceklik yang sangat parah. Lantas mereka mengadu kepada Aisyah (ummul Mukminin). Lantas Aisyah mengatakan: “Lihatlah pusara Nabi! Jadikanlah ia (kuburan) sebagai penghubung menuju langit sehingga tidak ada lagi penghalang dengan langit. Lantas ia (perawi) mengatakan: Kemudian mereka (penduduk Madinah) melakukannya, kemudian turunlah hujan yang banyak hingga tumbulah rerumputan dan gemuklah onta-onta dipenuhi dengan lemak. Maka saat itu disebut dengan tahun “al-fatq” (sejahtera)”. (Lihat: Kitab “Sunan ad-Darami” 1/56)

Jika riwayat sebelumnya berkaitan dengan ‘diam’ Ali terhadap orang yang bertawassul kepada yang telah meninggal. Padahal kita tahu bahwa Ali adalah sahabat dan menantu mulia Rasul. Kini berkaitan dengan ‘saran” istri Rasulullah. Jika bertawassul/istighotsah terhadap orang yang telah mati adalah bid’ah atau syirik, maka apakah mungkin istri Rasul -seperti Ummulmukminin Aisyah- tidak mengetahui hal itu, padahal ia selalu hidup bersama Rasul yang selayaknya Rasul sebelum mendidik orang lain terlebih dahulu mendidik istri dan anaknya terlebih dahulu. Jika istighotsah terhadap orang yang zahirnya telah mati adalah bid’ah dan syirik –yang dibenci dalam Islam- lantas, apakah mungkin Rasul tidak megindahkan perintah Allah untuk; “Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka!”? Apakah kaum pengikut sekte Wahhaby jauh lebih paham Islam daripada Ali bin Abi Thalib dan Ummulmukminin Aisyah? Silahkan direnungkan dengan hati dan kepala yang dingin!

5- Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dengan sanad yang sahih. Dari riwayat Abu Salih as-Saman dari Malik ad-Dar –seorang bendahara Umar- yang berkata: Masyarakat mengalami paceklik pada zaman (kekhalifahan) Umar. Lantas seseorang datang ke makam Nabi seraya berkata: Ya Rasulullah mintakan hujan untuk umatmu, karena mereka hendak binasa. Kemudian datanglah seseorang dimimpi tidurnya dan berkata kepadanya: Datangilah Umar! Saif juga meriwayatkan hal tersebut dalam kitab al-Futuh; Sesungguhnya lelaki yang bermimpi tadi adalah Bilal bin al-Harits al-Muzni, salah seorang sahabat. (Lihat: Kitab “Fathul Bari” 2/577)

Riwayat di atas juga menguatkan bahwa beapa di kalngan sahabat Nabi kala itu sudah menjadi hal yang biasa jika seseorang memiliki hajat untuk bertawassul, walaupun kepada Rasulullah yang secara zahir telah meninggal dunia. Lantas apakah kaum sekte Wahabi masih bersikeras menyatakan bahwa Salaf Saleh tidak pernah mencontohkan perbuatan tersebut sesuai dengan pemahaman mereka terhadap ajaran syariat Nabi? Sekali lagi pertanyaan yang muncul, apakah kaum Wahaby berani menyatakan para sahabat besar itu sebagai pelaku syirik atrau bid’ah karena telah bertawassul kepada yang telah mati? Pertanyaan semacam ini belum pernah ada jawaban yang memuaskan dari kalangan pengikut sekte Wahhaby, karena mereka akan berbenturan dengan pemuka Salaf Saleh seperti sahabat-sahabat besar yang telah kami sebutkan di atas, termasuk Ummulmukminin Aisyah, istri Nabi sendiri.

Guna mengakhiri kajian kali ini, kita akan memberikan satu contoh lagi dari riwayat (atsar) para sahabat berkaitan dengan legalitas syariat Islam terhadap permasalahan istighotsah / tawassul, terkhusus kepada pribadi yang dianggap telah mati.

6- Dalam sebuah riwayat panjang tentang kisah Usman bin Hunaif (salah seorang sahabat mulia Rasul) yang disebutkan oleh at-Tabrani dari Abi Umamah bin Sahal bin Hunaif yang bersumber dari pamannya, Usman bin Hunaif. Disebutkan bahwa, suatu saat seorang lelaki telah beberapa kali mendatangi khalifah Usman bin Affan agar memenuhi hajatnya. Saat itu, Usman tidak menanggapi kedatangannya dan tidak pula memperhatikan hajatnya. Kemusian lelaki itu pergi dan ditengah jalan bertemu Usman bin Hunaif dan mengeluhkan hal yang dihadapinya kepadanya. Mendengar hal itu lantas Usman bin Hunaif mengatakan kepadanya: Ambillah bejana dan berwudhulah. Kemudian pergilah ke masjid (Nabi) dan shalatlah dua rakaat. Seusainya maka katakanlah:
ا

    للهم إني أسألك و أتوجه إليك بنبينا محمد نبي الرحمة يا محمد إني أتوجه بك إلي ربي فتقضي لي حاجت

ي…”
(Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan mendatangi-Mu demi Nabi-Mu Muhammad yang sebagai Nabi pembawa Rahmat. Wahai Muhammad, aku menghadapkan wajahku kepadamu untuk memohon kepada Tuhanku. Maka kabulkanlah hajatku)
Lantas sebutkanlah hajatmu. Beranjaklah maka aku akan mengiringimu. Kemudian lelaki itu melakukan apa yang telah diberitahukan kepadanya. Selang beberapa saat, lantas ia kembali mendatangi pintu rumah Usman. Usmanpun mempersilahkannya masuk dan duduk di satu kursi dengannya, seraya berkata: Apakah gerangan hajatmu? Lantas ia menyebutkan hajatnya, dan Usmanpun segera memenuhinya. Lantas ia berkata kepadanya: Aku tidak ingat terhadap hajatmu melainkan baru beberapa saat yang lalu saja. Iapun kembali mengatakan: Jika engkau memiliki hajat maka sebutkanlah (kepadaku)! Setelah itu, lelaki itu keluar meninggalkan rumah Usman bin Affan dan kembali bertemu Usman bin Hunaif seraya berkata: Semoga Allah membalas kebaikanmu!? Dia (Usman bin Affan) awalnya tidak melihat dan memperhatikan hajatku sehingga engkau telah berbicaranya kepadanya tentangku. Lantas Usman bin Hunaif berkata: Demi Allah, aku tidak pernah berbicara tentang kamu kepadanya. Tetapi aku telah melihat Rasulullah SAW didatangi dan dikeluhi oleh seorang yang terkena musibah penyakit (info: ini mengisaratkan pada hadis tentang sahabat yang mendatangi Rasul karena kehilangan penglihatannya yang diriwayatkan dalam kitab “Musnad Ahmad” 4/138, “Sunan at-Turmudzi” 5/569 hadis ke-3578, “Sunan Ibnu Majah” 1/441 dan “Mustadrak as-Shohihain” 1/313) kehilangan kekuatan penglihatannya, lantas Nabi bersabda kepadanya: Bersabarlah! Lelaki itu menjawab: Wahai Rasulullah, aku tidak memiliki penggandeng dan itu sangat menyulitkanku. Lantas Nabi bersabda: Ambillah bejana dan berwudhulah, kemudian shalatlah dua rakaat. Lantas bacalah doa-doa berikut…. berkata Ibnu Hunaif: Demi Allah, kami tidak akan meninggalkan (cara tawassul itu). Percakapan itu begitu panjang sehingga datanglah seorang lelaki yang seakan dia tidak mengidap satu penyakit. (Lihat: Kitab “Mu’jam at-Tabrani” 9/30 nomer 8311, “al-Mu’jam as-Shoghir” 1/183, dikatakan hadis ini sahih)

Lihat hadis di atas, bagaimana sahabat Usman bin Hunaif memahami ajaran Rasul yang mengajarkan diperbolehkannya tawassul kepada Rasul pada masa hidupnya namun ia juga terapkan pada pasca kematian beliau. Apakah pemahaman sahabat Usman bin Hunaif itu tidak bisa dibenarkan? Sebodoh itukah sahabat Usman bin Hunaif yang menerapkan hadis Rasul tentang tawassul kepada yang masih hidup dengan legalitas tawassul kepada yang mati? Jika ada pengikut sekte Wahhaby yang berani menyatakan bahwa sahabat Usman bin Hunaif adalah bodoh maka jangan segan-segan juga untuk menyatakan bahwa khalifah Ali bin Abi Thalib dan Ummulmukminin pun bodoh, sebagaimana banyak sahabat lainnya. Kenapa tidak? Bukankah mereka semua membenarkan ajaran tawassul / istighotsah kepada Rasul yang telah mati? Atau selama ini pemahaman Wahhaby yang salah bahwa Nabi tidak ‘mati’, zahirnya saja ‘mati’,tetapi beliau selalu hidup dan mendengar setiap permintaan yang diajukan umatnya kepada beliau, sebagai sarana (wasilah) menuju Allah SWT.

Yang sangat mengherankan sekali adalah, Nashiruddin al-Bani (konon Ahli Hadis kalangan Wahabi) dalam karyanya yang berjudul “at-Tawassul” yang tidak lagi dapat meragukan kesahihan riwayat di atas (sebagaimana yang dinyatakan sahih oleh at-Tabrani) ternyata jiwa kewahabiannya terlalu kental -sehingga fanatisme setaninya sangat kuat membikin dia keras kepala dan jumud– dan tidak berani menolak fatwa pendahulunya, Muhammad bin Abdul Wahhab dan Ibnu Taimiyah. Seakan fatwa kedua orang itu adalah wahyu yang datang dari langit yang tidak boleh diganggu-gugat. Padahal kejelasan dalil sudah nyata baginya. Keangkuhannya dalam menghadapi kenyataan (baca: kebenaran) semacam inilah yang ternyata juga masih diikuti oleh para pengikut Wahhabi di dunia ini, tidak terkecuali di Tanah Anir. Padahal, riwayat sahabat Usman bin Hunaif –yang menjadi kepercayaan sahabat Ali dan Umar (Lihat: Kitab “Siar A’lam an-Nubala’” 2/320)- sebegitu jelasnya, sebagaimana keberadaan matahari di siang hari yang cerah. Memang benar firman Allah SWT yang menyatakan bahwa, kita tidak akan dapat memberi petunjuk kepada kaum yang telah tersesat, dan Allah akan menambah kesesatan mereka. Bagaimana mungkin ajaran sekte (Wahabisme) yang bertumpu pada pengingkaran hakekat itu akan mengaku sebagai pemurnian ajaran Islam? Namun, bagaimanapun, kebenaran harus disampaikan, karena tugas kita hanyalah menyampaikan.

Ini semua adalah beberapa contoh dari riwayat-riwayat yang dapat kita kemukakan pada kesempatan kali ini. Tentu masih banyak riwayat lain yang tidak akan mungin kita sebutkan di sini, untuk mempersingkat waktu dan tempat. Yang jelas, Salaf Saleh telah memberikan contoh kepada kita tentang pemahaman mereka terhadap ajaran Islam -yang bersumber dari al-Quran dan Sunnah Rasul- terhadap legalitas tawassul / istighotsah terhadap para kekasih Ilahi, walaupun pasca kematian zahir mereka.

Bersambung…

58 Tanggapan

  1. assalamualaikum….
    good..good…good….
    trima kasih atas penjelasan yang sangat gamblang sekali ini kang sastro. semoga buat para pembaca yang lain juga menjadi terbuka hatinya dan menerima kebenaran yang telah sampai kepada kita ini.
    buat kang sastro dkk semoga Alloh senantiasa memberi umur panjang dan mencurahkan rohmatnya atas segala jasa2nya dalam menyampaikan kebenaran ini.
    ini adalah skak mati buat paham wahaby yang kerjaannya selalu membid’ahkan dan mensyirikkan sesama muslim sendiri.
    sami’na wa atho’na…..
    wassalam

  2. nah…ini tawasul dari org yg sudah wafat,….
    ditunggu koment para wahabiyun…monggo kerso…

    mas sastro….
    bgmn kajian nahu sorof terhadap ayat tawassul dalam al qur’an bisa di jelaskan…mohon pencerahannya

    salam rahmat

  3. WAHABY WAHABY terimalah kebenaran ini,
    1. merenunglah….
    2. berfikirlah….
    3. bertaubatlah
    4. minta petunjuklah….
    5. kembalilah….
    6. buanglah taqlidmu….
    7. terimalah kebenaran….
    8. mintalah kelembutan hati….
    9. buanglah kesombonganmu….
    dan kami kan merangkul dengan haru…atas taubatmu…

  4. Alhamdulillah …..
    matur nuwun duh Gusti Pengeran, Ahli sunnah engkang leres tasik jenengan jagi….
    Allahumma Sholli wa Sallim ala Saiyyidina Muhammad Wa Ala Alihi Wa Ashabihi Wa Azwajihi Wa Anshorihi Wa Dzurritahi. Amin

  5. ini””lagi…….terntang yang mati ditawasuli itu dari yang pernah saya baca ….. beritanya doip….biar hati ini tenang tolong baweakan takrijnya…ok

    ——————————————————-

    Sastro Menjawab:
    Beritanya? Kok pakai qoola wa qiila gitu sich mas…Kalau anda pingin obyektif maka jangan pakai dalil “katanya”…dan ingat, jangan mudah mendhaifkan kalau anda sendiri gak meneliti. Katanya Wahhaby anti taklid kok pakai “katanya” sich?

  6. Sekitar satu minggu yang lalu saya juga sempat membaca pendapat Ust. Ahmad Sarwat di Eramuslim.com tentang kekhilafiyahan dari bertawassul dengan orang yang sudah meninggal, berikut linknya:
    http://www.eramuslim.com/ustadz/aqd/8630175500-bertawassul-atas-nama-rasul-boleh-apa-tidak.htm

    Ternyata memang masih menjadi khilafiyah di kalangan para ulama.
    Btw, sudah 2 minggu lebih seri ke-5 tentang tawassul ini blm rame yang komentar nih ya Mas Sastro :D. Orang Wahabi yang gemar mencap mencap Ahlu Bid’ah pada kemana nih ya.Hehehe.

    ———————————————-

    Sastro Menjawab:
    MEmang benar itu khilafiyah; khilafiyah antara mazhab Ahlusunnah (plus mazhab Syiah dan tasawwuf) dengan sekte Wahhabiyah….di sini salah satu letak perbedaan antara Islam dengan sekte Wahhaby.

  7. dasar syi’i..
    mencampur adukkan hadits dari khulafaur dengan imam antum.

    —————————————

    Sastro Menjawab:
    Jawab donk, jangan ngigau dan ngaco gitu…

  8. web antum salafy, namun isinya hadits dari klmpk sempalan syiah…
    antum gak konsisten…
    salafy ya salafy, pake manhaj mereka donk..
    jg dicampur aduk gt…

    —————————————————-

    Sastro Menjawab:
    Ini sebagai bukti bahwa anda ‘sangat awam’ terhadap referensi…mana ada buku Syiah yang kami jadikan rujukan? Jangan ngelantur kalau gak bisa jawab….lebih baik jangan komentar daripada ketahuan kebodohan anda di depan publik….

  9. Assalamu’alaikum..
    Apa kabarnya Mas Sastro?
    Semoga Mas Sastro selalu dalam limpahan rahmat dari Allah SWT, Salam kenal dari Saya Mas…
    Mas kapan pembahasan masalah tawassul edisi selanjutnya tampil?
    Jangan lama-lama Mas, kalo bisa sich…
    Mas ngomong2 para wahabi pada kemana ya…
    Tumben ga ada coment dari mereka atau jangan2 mereka uda ga bisa jawab lagi kali ya…
    😀

  10. biii, wahabiiii,
    jawab tuh tulisan kang sastro, haatuu burhaanakum in kuntum shodiqiin.
    kalian para dedengkot wahabi, braninya jangan cuman sama orang orang bdh saja. dasar pengikut kaum khawarij .

  11. Kajian mas Sastro:
    Riwayat di atas memberikan pelajaran kepada kita bagaimana Khalifah Umar –sahabat Rasul- melakukan hal yang pernah diajarkan Rasul kepada para sahabat mulia beliau. Walaupun riwayat di atas menunjukkan bahwa Umar bin Khattab bertawassul kepada manusia yang masih hidup, akan tetapi hal itu tidak berarti secara otomatis riwayat di atas dapat menjadi bukti bahwa bertawassul kepada yang telah mati adalah ‘haram’ (entah karena alasan syirik atau bid’ah), karena tidak ada konsekuensi di situ

    Yono bertanya:
    Mas Sastro mestinya berpikir, kalau tawassul ke orang mati boleh, kenapa Umar tidak tawassul saja ke Rasulullah. Kenapa malah tawassul ke paman Rasulullah. Dan tawassulnya disini yang dimaksud adalah minta dido’akan mas… Jadi jangan dipelintir mas… maklum santrinya wali..murid kali.

    ———————————————–

    Sastro Menjawab:
    Anda ini gimana seh, bisa gak ngebedain antara; boleh dengan harus? Ketika Umar lebih memilih bertawassul kepada paman Rasul bukan berarti kepada yang mati dilarangnya…dan tidak harus bertawassul kepada yang telah mati, tapi boleh….dengan hujjah riwayat lain yang bisa anda baca di sini. Sekali lagi bukti kerancuan hujjah wahhaby

  12. Artikel yang bagus….
    Seberapapun banyak dalil yang diberikan tidak akan mampu menggoyahkan pandangan wahabi, lewat forum ini saya ingin bertanya kepada saudara-saudara saya yang seiman dan seaqidah dari wahabi/salafi, masihkah anda punya dalil untuk menolak tawasul?

  13. mas Sastro saya salut dengan anda….
    terima kasih atas pencerahannya mas….
    melalui anda saya yang awam wahabi ini
    dapat bertaubat dan kembali ke jalan
    salaf saleh yang sebenarnya….
    semoga Allah memberi kemudahan
    didalam kehidupan anda, baik di dunia maupun di akhirat….
    AMIN..

  14. 1. Kang Sastro menyampaikan data: “Jika riwayat sebelumnya berkaitan dengan ‘diam’-nya Ali terhadap orang yang bertawassul kepada yang telah meninggal. Padahal kita tahu bahwa Ali adalah sahabat dan menantu mulia Rasul.”

    2. Kang Soleh bin Utsaimin, kyai-nya wahabi, dalam salah satu risalahnya berfatwa: “Aku katakan kepada kalian wahai pelaku-2 bid’ah, mekipun kalian meniatkan perbuatan bid’ah kalian sebagai suatu perbuatan baik. Aku berkata Demi Allah, aku tak pernah mendapati suatu amalan yg lebih baik dan lebih patut untuk kalian contoh dlm mencari kebaikan kecuali amalan para salafus salih radhiyallahu ‘anhum”.

    Sdh jelas, terang benderang bagaikan di siang hari, bahwa orang yg bertawasul itu merujuk kpd para salafus salih radhiyallahu ‘anhum dan hal itu di diamkan oleh sayyidina Ali r.a. yg amirul mukminin di masa salafus-solih.

    3. Akhirnya aku bertanya kepada Wahabi: “Kenapa wahabiyun masih saja melarang orang yg bertawasul kpd Rasulullah saw ba’da kewafatan beliau? Tidakkah kalian mengetahui fatwa kyai kalian di atas agar kita mencontoh amalan salafus sholih?”

  15. Ass . . Wuuuapek tenan gus . . Lanjutkan terus GUS sastro . Aku slalu setia menyimak . Eh la kaum khawarij pada kemana neh ? Kok g kliatan batang congore ? Apa dah g bisa jwb ya? Apa contekanya dah abiz ? Hehehe . Bantai terus GUS . . Oh ya . Aku ijin ngeprint artikel2 sampean ya GUS . Wasalam

  16. Oh ya nambah dikit GUS . Kalo boleh . Di muat juga dong . . Materi tentang TABYIENU FI DlOLALATI Al-BANY . . .
    Biar kaum khawarij kontemporer(wahabi) pd tau gittu . .

  17. Assalamu’alakum wrwb.
    Mas Sastro .. ada masalah ttg anda di blog saya. Silakan klarifikasi. Di sini,

    Snouck Hurgronje

    ———————————————

    Sastro Menjawab:
    Banyak cara kaum Wahhaby untuk lari dari kekalahan berargumen….:)

  18. Assalamulaikum…
    Maju terus kang sastro…
    Ane doakan moga kaum wahabi itu mau terbuka hatinya…karena sabanyak apapun dalil yang kita gunakan kalau hati kita tertutup maka percuma saja…
    Mungkin itu akibat mereka sering melecehkan para auliya/kekasih/ wali Allah dengan mengatakan mereka sesat, ahlut bid’ah, naudubillah…
    Untuk pembaca yang masih awam, ane punya info buku bagus mengenai kajian AhlusSunnah Wal Jamaah karangan Syaikh Hisyam Kabbani, yang judulnya Ensiklopedi Ahlus Sunnah terbitan Serambi..

  19. Selamat selamanya bagi semua yang anti wahabi dan setiap yang anti kebenaran.

    Alhamdulillah, Allah senantiasa memenangkan kebenaran atas kesesatan, sekuat apa pun kesesatan itu. Dan mas Kiai Sastro adalah satu dari sekian orang yang dipilih oleh Allah untuk menjadi pengungkap dan pembukti kebenaran yang tak terbantah itu. Allahumma azhzhim ‘izzahu.
    Argumentasi wahabiyyun hanya akan tercecer-cecer ke comberan.
    Ga percaya? Buktikan!

    Terima kasih mas kiai Sastro.

  20. Ralat:
    yang benar, …setiap yang anti kesesatan.

  21. wah ada kajiannya. gak jadi ikut benthalib, donk
    ikut mas satro aja ah…

  22. Saya sudah insaf….saf…saaaaffff….

    semoga Wahaby lainnya juga insaf atas kesalahan

  23. Ana mau tanya sama wahabi?
    ALLAH kan maha berkehendak,
    kenapa masih perlu mengutus Rasul-rasul untuk menyampaikan perintahNya, kenapa tidak langsung Allah hadir ngajarin manusia????

    COBALAH BERPIRKIR DAN BERIMAN SESUAI AL-QURAN DONG BII,

    ALLAH AJA PERLU WASILAH MELALUI RASULULLAH,
    KENAPA KITA DILARANG BERWASILAH MELALUI RASULULLAH UNTUK BERIBADAH KEPADA ALLAH.
    JAWABBBBBB!!!!!!

    DASAR WAHABI, NT GAK PERNAH BERPIRKIR DAN PERCAYA AL-QURAN SICH.

  24. Assalamualaikum Mas,
    Koq ga ada update lagi nih dah satu bulan lebih. Baik-baik aja kan keadaannya?

    ——————————————-

    Sastro Menjawab:

    Alhamdulilah, baik sekali….
    bukan hanya up=date mas…moderasi komentar aja gak…lagi sibuk banget sich…
    Insya-Allah kajian selanjutnya akan kita lanjutkan lagi.

  25. Nampaknya sulit menyadarkan orang yang sudah kerasukan faham wahhaby, sejuta dalil dan bukti disebutkan tetap juga tidak mau melihat. Benar apa yang dikatakan Mas Sastro bahwa mereka mengaku-ngaku yang punya tauhid, jadi syirik atau tauhid hanyalah mereka yang berhak menentukannya.

    Saya berharap pada mas Sastro untuk tidak jemu memberikan pencerahan terhadap umat ini, saya yakin di negeri kita ini masih sedikit yang sudah terjangkit virus wahhaby, tulisan mas Sastro insya Allah sangat bermanfaat untuk menangkal virus mematikan wahhaby agar tidak menjangkiti orang-orang yang masih punya pemikiran waras.

    Selamat berjuang dan Terima Kasih !

  26. Ustadz Sastro, silakan tambahin lagi tulisannya, kayaknya tulisan ini dah menang dlm hujjah, jadi semoga bisa segera posting yg baru lagi, khususnya membahas Kejisiman Wahaby yg mengatakan Allah memiliki mata scr zat (jasmani)…dll

  27. Alhamdulillah saya telah paham dengan tawasul

  28. Antum menuduh orang lain wahaby. Mmngnya ada wahaby itu. Istigfar

    ————————————————-

    Ssatro Menjawab:
    Lho katanya banga disebut Wahhaby karena dari nama Allah?

  29. assalamualaikum……..

    setelah baca tulisan 2 mas sastro ,saya melihat anda terlalu kasar pada ulama2 yang anda sebut sebagai wahabi…
    saya pingin tau siapa saja ulama2 anda…
    ………..
    apalagi koment2 anda,anda sepertinya merasa paling pandai ,sok meremehkan , sombong sekali anda ini…
    ……….
    orang2 seperti anda,sangat tdk pantas meremehkan ulama ahlussunnah….

    klo anda berani buat buku biar semua tahu siapa anda….
    biar terbongkar kesesatan 2 anda…..

    ———————————————————–

    Sastro Menjawab:
    Ulama saya adalah yang mengkritisi ajaran Wahabisme…

  30. assalamualaikum……

    buat mas sastro,

    .Ash-Shahihain (riwayat Bukhari dan Muslim) dari Aisyah radiallahu ‘anha bahwa dia berkata : Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam bersabda: “ Allah melaknat orang-orang Yahudi dan Nashrani karena mereka menjadikan kuburan para nabinya sebagai masjid “.

    apa koment anda tentang hadis ini???
    pa kita boleh ibadah di kuburan???karena masjid itu tempat ibadah.

    dan ada lagi..

    “Janganlah kalian duduk di atas kuburan dan jangan pula shalat kepadanya.” (HR. Muslim)

    Ketika beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam akan wafat, beliau berwasiat dengan tauhid.
    Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam terkena sakit yang menyebabkan beliau tidak dapat bangun. Beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Allah telah mengutuk orang-orang Yahudi dan Nasrani karena mereka telah menjadikan kubur Nabi-nabi mereka sebagai masjid”. Aisyah Radiyallahu ‘anha berkata: “Jika tidak karena itu tentu kuburan beliau akan ditempatkan (di Baqie’). Namun Rasulullah – Shalallahu ‘alaihi wassalam – khawatir akan dijadikan sebagai masjid. (HR. Bukhari dan Muslim)

    Ya Allah janganlah Engkau menjadikan kuburku berhala yang disembah. Sungguh besar kemurkaan Allah terhadap kaum yang menjadikan kuburan nabi-nabinya sebagai masjid. (HR. Malik dalam Muwatha’)

    cukup ini dulu,saya ingin tau gmn
    tanggapan mas sastro…

    ———————————————————————–

    Sastro Menjawab:
    Pertanyaan anda sudah kami jawab di topik, membangun masjid di sisi kuburan…
    Silahkan telaah lagi..

  31. wahabi dah ga bisa jawab lagi…
    doktrin mereka ga bakal bisa nyampe buat menjawab sesuatu yang HAQ.
    karena seperti yang kita tau, yang HAQ dan yang BATHIL pasti bertentangan, dan insyaAllah, Allah SWT AL-HAQ akan memilih untuk memenangkan yang HAQ diatas sebuah ke-BATHIL-an.

    buat wahaby BATHIL, silahkan tobat kalo dah bisa menerima cahaya yang HAQ.
    kalo masih BUTA ama cahaya yang HAQ, silahkan tetep BATHIL.

  32. Waah.. mas sastro masih aja sering tidak konsisten, menunjuk hidung sendiri.. analisa yang kurang obyektif yang hanya berdasarkan dari “sakit hati” yang kalau saya melihat amat parah sekali terhadap saudaranya kaum wahabi…

    saya bertanya mas sastro..
    apakah kaum wahabi yang anda kritik sekarang ini masih anda anggap saudara seislam anda??

    ——————————————————

    Sastro Menjawab:
    Saya bukan pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab yg suka mengkafirkan mas….

  33. sudah lebih dari tiga bulan belom ada jwb dr komplotan salafy-gadungan. pada kemanaan mereka ? pada kehabisan dalil kalee?

    btw, skrg mereka beralih strategi (dasar bunglon, sekh). di radio-2 yg mrk kelola sekrg ini muncul dalil yg kira-2 bunyinya gini (maap aq tak hapal ucapan arabnya): bhw Rosululloh menjanjikan rumah di sorga bagi orang yg tak mau berbantahan meskipun dia tahu bahwa dia dlm keadaan benar.
    Kalo nurut aq sekh itu bukan dalil yg pas, sebab di blog/forum ini bukan tujuannya utk kalah atw menang debat, di blog ini adalah utk mencari kebenaran bukan mencari pembenaran. Wahhaby-2 tak perlu malu, bila salah dan kalah ya diakui saja, spti kisah para salafus-soleh yg merka aku-aku sbg panutan.
    Seharusnya kalo mrk udah nggak mampu lg ngejawab tulisan-tulisan Pak Sastro, ya mustinya bertaubat dari kesesatan mrk selama ini. Jangan melarikan diri dengan dalih ada hadist yg tak menganjurkan perdebatan, dsb, dsb,

    Bertobatlah biii, wahabii, dan mengakui kesalahan pemahaman kalian selama ini….Insya Alloh pintu tobat masih terbuka. Dan Alloh lebih suka kpd orang yg bertobat daripada orang yg menyombongkan diri kayak sikap iblis ketika mengetahui bahwa Adam lebih pintar daripada dia.

    Janganlah kalian meniru kedengkian hati iblis ketika dikalahkan oleh Nabi Adam a.s.

  34. begini boss
    katanya dulu pernah nyuruh orang wahabi gak usah dateng lagi kesini
    ya kagak dateng lagi lah

    mungkin mikirnya gini
    klo debatnya di blog antum, itu namanya nguntungin antum.
    kalo debat antum punya wewenang menjawab kapan aja dan terus update, jadinya sanggahan terakhir pasti selalu dari pemilik blog – ini jelas menguntungkan pemilik blog dan gak adil.

    klo gak percaya, kenapa gak antum aja yang datangin blog2 wahabi lainnya, yang bahas tentang ini dan didebat disana.

    debat disini bikin blog ini dapet trafic tinggi dan makin banyak yang baca. coba klo gak ada debat, lama2 kan gak laku dan gak menarik akhirnya gak minat lagi kesini

    gitu loh mas..
    itu analisa sederhana saya
    jadi daripad berdebat dan cuma nguntungin pihak lawan, mending gak usah komentar, ya gak?

    —————————————

    Sastro Menjawab:
    Ungkapan anda tidak selamanya benar…karena terbukti banyak blog/situs Wahaby yang gak fair dalam memoderasi. Mereka hanya memoderasi yang sesuai, atau ada yg ditutup ruang komentarnya.

  35. alhamdulillah saya telah keluar dari agama salafy/wahaby/tanduk setan dari najd……

    bwt rekan2 yg masih beragama salafy…silahkan uji keilmiahan otak kalian di :
    http://salafytobat.wordpress.com

  36. @al
    kalau referensi dari syiah mestinya tdk mencantumkan ummul mukminin aisyah tho..
    To Mas sastro: bagaimana kalau tawassul ke kuburan orang shalih (bukan nabi) ? Barangkali bisa dibahas ..

  37. Assalamu’alaikum,

    Mas Sastro,
    Kenapa blok ini udah lama nggak aktif, begitu juga blok Abu Salafy, yang keduanya sangat membantu ana dalam memahami dien ini………….

    Ayo mas aktif lagi,

    —————————————-

    Sastro Menjawab:
    Insya Allah akan kita aktifkan lagi mas….

  38. sebetulnya apakah iman kita sudah benar-benar bersih? ikhlas lillahita’ala? karena yang dijamin Allah selamat (bebas dari penyesatan iblis) hanyalah yang ikhlas (Q.S. Al Baqarah)… apakah iman kita sudah benar-benar bersih? ikhlas lillahita’ala?

  39. pendapat wahaby memang tidak mendasar. cobalah pahami agama ini jangan hanya dari kulit luar saja, melainkan kedepankanlah aspek substansi ajaran yang agung ini.

  40. perpecahan salafy (bingung sama salafy)

    salafy di lenteng agung ( salafy turotsi), ustadz2 as sofwa bilang haram hukumnya bermajelis dan bertalim dengan salafy yamani.

    salafy di Jalan Haji Asmawi Jakarta selatan ( biara salafy wahdah islamiyyah), ustadz2 salafy wahdah bilang salafiyyin aliran turotsi itu hizbi antek PKS dan ikhwanul muslimin yang termasuk 72 golongan yang masuk neraka jahanam.

    begitulah manhaj yang katanya salafy

  41. Ass..
    Allahumma Shalli ‘Alaa Sayyidina Wa Habibina Wa Qurrati A’yunina Wa Maulana Muhammad……

  42. saya menunggu ulasan tentang salafi…, terutama ulasan tentang bid’ah,, ah..ah

  43. Alhamdulillah. Untung banget sing wis pada taubat, soale wahaby anti taubat. takone pirang2 dijawab ya pirang ora gelem taubat. luruh perkara liane utawa gawe fitnah sing wong pada tertarik seolah2 wahaby bener, misale: ngaku salafy, ngaku assunah, ngaku faham qur’an hadits, ana maning ulama ahlussunah wal jama’ah kanggo kedok supaya wong pada melu.

  44. Mas izin share untuk dibagikan ke saudara2 saya sebab saudara saya suka dapat serangan/hujatan dari wabiyun…
    Jazakalloh Khoiron katsiro……..
    YA ROBBI BILMUSHTOFA BALLIGH MAQO SHIDANAA WAGHFIR LANAA MAA MADLOO YAWASI’AL KAROOMI…

  45. PD amat tu orang yg kgak mau tawassul dg orang2 sholeh/wali-wali Allah? Udah ke-PD-an kali sm amal-amalnya sendiri. ckckc….ane jadi prihatin gan :sedih :bingung

  46. asslm.wr. mas sufimuda…
    gimana kabarnya? lama ta bersuara…alhamdulillah

  47. sungguh benar,.. wahabi sudah kehilangan akal sehat, karena tidak bisa berpikir jernih menelaah al-quran dan hadits..

  48. Jika saudara merasa benar kenapa tdk diajak saja kaum yg menamakan dirinya salafi itu berdebat, hingga terungkaplah kebohongan dan kebenaran keduanya

    ———————————-

    Sastro Menjawab:

    Pernyataan yang bagus, tapi salah alamat mas…coba anda tanya kepada kelompok Salafy Wahaby itu, apa mereka pernah mau diajak debat?

  49. knp wahabi munculnya di indonesia pada jaman sekarang ya? ga dari dulu jaman majapait waktu indonesia masih di dominasi hindu.aneeh.

  50. Bismillahirrahmanirrahiim
    Asyhadu An-Laa Ilaaha Illallaah
    wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasuulullâh

    Subhanallah 3x Alhamdulillah3x Allahu Akbar3x
    Allahumma shalli ala Sayyidina Muhammad

    Wahai saudaraku…..janganlah merasa sangat benar…sehingga anda berani mengatakan muslim lain adalah MUSYRIK …mungkin saat ini anda dalam keimanan kepada Allah dan rasulullah (Muslimin)…Alhamdulillah….dan mungkin besok anda sudah berpaling kepada selain Allah alias KAFIR…mungkin karena pindah agama….dll yang menyebabkan anda keluar dari ISLAM….

    BANYAK-BANYAKLAH BERDOA-DOA AGAR TETAP DALAM DIENUL ISLAM DAN TIDAK LAGI MENGATAKAN MUSLIM LAINNYA ADALAH MUSYRIK

  51. Wahai saudaraku sesama muslim…..janganlah mengatakan MUSYRIK kepada Muslim lainnya….dan mengatakan muslim lainnya akan masuk neraka….BUKAN anda yang tentukan Muslim tsb masuk Neraka atau Tidak dan HANYA Allah yang dapat menentukan Muslim tsb Musyrik atau tidak…..dan jangan menyebut golongan ini dan golongan itu masuk Neraka….HANYA Allah dan rasul-Nya yang tahu golongan mana yang masuk NERAKA. atau SURGA….Karena Golongan menurut Allah dan Rasul-Nya yang bisa masuk SURGA atau NERAKA bukan Anda yang tentukan…… Golongan/Sekte/Organisasi/Mazhab atau apapun Namanya bukan golongan tsb yang dimaksudkan oleh Nabi Muhammad SAW…

    HANYA ALLAH DAN RASUL-NYA YANG MENGETAHUI GOLONGAN MANA YANG MASUK SURGA DAN GOLONGAN MANA YANG MASUK NERAKA…

    Jadi Kalau anda menganggap golongan/kelompok/group anda yang paling benar dan berhak masuk SURGA…dan menganggap golongan/kelompok/group lainnya masuk NERAKA itu SALAH BESAR…karena yang mengetahui anda masuk golongan mana HANYA ALLAH yang Tahu (Allah maha Mengetahui). Anda hanya dapat berusaha/berdoa agar senantiasa mendapat hidayah dan petunjuk lurus sehingga dapat masuk golongan yang Rasulullah maksud yaitu golongan yang berhak masuk surga……BUKAN nama golongan yang anda bentuk sendiri …ITU NAMANYA Organisasi di Dunia…..

Tinggalkan Balasan ke Galaw Batalkan balasan